Tarik Mang !!!

Image Hosted by ImageShack.us

Rabu, 02 Desember 2009

Hati-Hati Dengan Statistik


Pada waktu kuliah, saya pernah belajar metodologi penelitian dan statistik matematika. Pelajaran yang cukup sulit terlebih apabila angka perhitungannya sudah cukup besar dan mendekati angka ribuan. Salah perhitungan maka salah seterusnya. Tetapi statistik ini tidak bisa dipisahkan dalam dunia pekerjaan dan bisnis. Maka berhati-hatilah dengan statistik.

Dalam bukunya Berbohong dengan statistik, Darrel Huff mengungkapkan bahwa kebohongan itu terdiri atas 3 tingkatan, dan statistik merupakan kebohongan tingkat tertinggi. Berikut 3 tingkatan kebohongan itu.

Tingkat kebohongan yang pertama adalah murni berbohong. Kebohongan ini dapat dicontohkan sebagai berikut. Ada seseorang yang mengatakan “Saya lulusan terbaik dari Universitas Padjadjaran dengan IPK 3.99’. Namun, setelah ditelusuri pada database Universitas Padjadjaran, seseorang tersebut tidak terdaftar namanya sebagai lulusan terbaik bahkan namanya pun tidak terdaftar sebagai mahasiswa Unpad. Hal ini disebut sebagai kebohongan murni karena seseorang tersebut telah melakukan kebohongan nyata secara apa adanya.

Adapun kebohongan tingkat kedua adalah menipu. Contohnya adalah apabila ada seseorang yang ingin menjual mobil 2nd tetapi dikatakan mobilnya adalah masih baru, “Mobil saya ini masih baru”. Dan kemudian ia melakukan berbagai usaha untuk menjual mobil ‘barunya’ diantaranya adalah dengan menurunkan angka kilometer, body mobil di cat ulang, mesin dibersihkan, mengubah tahun STNK dan BPKB mobil serta bannya diganti baru. Dengan tindakannya itu seorang pembeli menjadi tertipu. Dia telah menipu karena semuanya itu ditambahkan atau diubah agar tampak baru untuk menutupi kebohongannya tersebut.

Dan kebohongan yang paling KEJAM!!! adalah kebohongan dengan kebenaran statistik. Contohnya adalah terjadi ketika salah satu majalah nasional melakukan survei beberapa tahun yang lalu, dan hasil surveinya dikatakan bahwa “Ternyata dua diantara tiga laki-laki di Jakarta berselingkuh”. Jika hasil tersebut kita terima secara mentah-mentah pastinya ada yang tersinggung dengan hasil survei tersebut (Secara saya juga tinggal di Jakarta ) dan dampak yang timbul menjadi kurang baik karena kita tidak mengetahui dengan lebih pasti hasil survei tersebut sampling-nya dilakukan dimana, siapa respondennya, dan kira-kira jam berapa mereka melakukan survei tersebut. Meskipun mereka mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah “Multiple Purpose Random Sampling”. Sebab, jika mereka melakukan survei di cafe-cafe atau diskotik di Jakarta pada jam 2 pagi, ya pantas saja jika hasil survei yang didapatkan adalah “Dua diantara tiga laki-laki di Jakarta berselingkuh”.

Contoh lain adalah terjadi di suatu negara maju, seorang walikota pernah melakukan kebohongan statistik dengan mengatakan seperti ini, “Ketika saya menjabat sebagai walikota, selama dua tahun kejahatan menurun secara drastis”. Namun, setelah dia turun jabatan baru diketahui bahwa ternyata statistik angkanya dari tahun 2000 – 2002 hanya dimulai dan diambil dari data rentang 600 tindak kejahatan, menurun ke 100 tindak kejahatan yang dilakukan. Padahal rentang kejahatan diatas 600 masih terus berlangsung tinggi sebelum turun 500 poin ke 600 (data angka hanya contoh). See...., bagaimana kejamnya statistik membohongi publik apabila kita tidak cermat dan menerima data tersebut secara mentah-mentah saja.

Contoh lainnya adalah terjadi pada sebuah perusahaan Rokok Raksasa sebut saja rokok Merk Z yang memberikan pernyataan bahwa “Kurang-lebih 90% dokter merokok rokok Merk Z”. Perusahaan rokok raksasa ini seolah-olah ingin mengatakan kepada calon konsumen bahwa merokok rokok Merk Z adalah aman. Mengapa hasil surveinya bisa seperti ini??? Ini tentu saja bisa dibuat dengan mengadakan survei kepada responden dokter yang memang perokok. Dan membagikan rokok Merk Z tersebut secara cuma-cuma 20 bungkus kepada responden dokter perokok tersebut. Kemudian setelah dokter perokok tersebut mulai merokok rokok Merk Z yang dibagikan secara cuma-cuma sebelumnya, barulah diadakan survei dengan pertanyaan, “Dalam seminggu terakhir ini, dokter merokok merk apa ?”. Tentu saja sebagian besar dari mereka akan menjawab rokok Merk Z.

Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan hal ini saya benar-benar menekankan agar kita harus mulai sadar untuk berhati-hati menanggapi hasil angket atau survei tertentu. Begitu pula halnya dengan angket atau survei yang berkaitan dengan program kerja dan bisnis kita.

Salam sukses saya b(^.*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar